RAJA MAU KAWIN LAGI

Senin, 05 Oktober 2009


Al-kisah hati Raja Jambul Badudul Buradul sedang berbunga-bunga. Tiga hari yang lalu ia mendapat pesan singkat. Tertulis di secarik kertas harum. "Paduka Raja, ini nomor handphone saya." Di kertas itu juga tertulis Permintaan singkat si pengirim.

"Sudi kiranya paduka menerima keluh kesah hamba". Tertulis di pojok kanan bawah. Hormat Hamba, Arimbi Sri Menari-nari. Bagi Paduka Raja, Arimbi adalah CLBK. Cinta lama bersemi kembali. Memang Paduka dulu naksir abis sama Arimbi. Sayang cintanya kandas.

Sesepuh kerajaan lebih senang Raja Jambul kawin dengan Dewi Kepingkal-Pingkal. Gadis cantik berdarah Cina dan India. Ibu Cina Bapak India. Kisah cinta Raja Jambul dengan Arimbi pun menghilang. Arimbi Sri Menari-Nari memilih sendiri.

Suatu ketika, Arimbi membuka lembaran diary lamanya. Bayangan kisah cinta ketika itu menggelayuti pikirannya. Lalu Arimbi mengambil kertas bermotif bunga. Ia semprotkan minyak wangi dengan aroma Steelyaqeen. Tidak lain minyak wangi itu pemberian Raja Jambul.

Saat pelesir ke Itali, Raja Jambul muda membelinya sebagai hadiah untuk Arimbi yang baru lulus SMA dahulu. Dipakainya jarang-jarang.

Arimbi pun menulis pesan singkat itu. Dikirimlah melalui jasa titipan kilat (Tikil). Ia harus mengeluarkan uang 30 ribu rupiah. Karena ia minta segera dikirim dan langsung sampai kepada orangnya. Amat giranglah Raja Jambul Badudul Buradul. Hatinya semakin berbunga-bunga.

Dan hari ini, hatinya semakin berbunga. Prabu Nging-Nging Sipenging bertemu dengan Arimbi. Dan Arimbi bertanya, "Prabu, tolong sampaikan kepada paduka Raja Jambul. Apakah pesan singkat saya telah sampai. Kalau sudah, mohon saya dihubungi. Saya ingin menyampaikan sesuatu".

Suara lirih Arimbi menggetarkan jantung Prabu Nging-Nging. Tanpa pikir panjang Prabu menelepon Raja Jambul. Ia katakan bahwa Arimbi ingin ditelepon Paduka Raja.

Gayung bersambut. Raja jadi keki. Separuh jiwanya berbunga. Sebagian lagi berpikir. Bagaimana kalau Permaisuri Dewi Kepingkal-pingkal tahu? Bisa berabe nih. Raja Jambul tidak kurang akal. Ia berpura-pura inspeksi ke rumah warga. Dengan dalih itu ia bisa janjian dengan Arimbi di luar kota.

Betul, Arimbi yang berada di pinggiran kota cukup jauh dari jangkauan keluarga kerajaan. Angkat telepon, dan tat tit tut tet tot, keypad dipencet. Dialing ke nomor Arimbi. Di phone book tertulis Arimbi Cinta.

"Halo", sapa Paduka. "Ya, halo", balas Arimbi. "Kamu Arimbi?", tanya raja singkat. "Ya. Ini siapa ya?", tanya Arimbi penasaran. "Ini aku, em ...mmm. Aku!", dengan sedikit gemetar. "Iya, aku siapa?", jawab Arimbi penuh tanya. "Ini aku, Paduka Jambul Badudul", dengan nada penuh wibawa.

Mendadak suara Arimbi menjadi lembut seperti sutera. "Ah, maaf Paduka. Terima kasih sudah menelepon saya", sambut Arimbi manja. "Ya. ya. Tidak apa-apa. Saya cuma mau cek nomor kamu masih aktif atau sudah ganti operator. Itu saja. Tidak ada yang lain", tegas Paduka.

"Tapi, saya juga ingin ngobrol dengan paduka", sambung Paduka dengan nada mulai turun. "Dengan senang hati paduka kapan saja telepon, Arimbi bersedia menjawabnya", wajah Arimbi makin ceria. "Ya baiklah. Hati saya sudah tak tahan ingin ngobrol sama kamu, sesaat setelah menerima pesan singkat itu", rayu Paduka.

"Ah, Paduka bisa aja. Kan nggak enak sama permaisuri?", pancing Arimbi genit. "Itu dia masalahnya. Saya pingin ngobrol dengan Permaisuri, eh malah ditinggal nonton acara mata-mata! Siapa ngga mangkel!", emosi paduka mulai nampak.

Arimbi tahu, kesempatan ini pas buat masuk ke hati Paduka. "Ya, Paduka sabar. Hadapi dengan tenang Paduka. Kan Paduka bisa keliling ke desa-desa. Apalagi paduka bisa singgah kemari. Bisa ngilangin kesumpekan Paduka", papar Arimbi mencoba mempengaruhi alam pikiran Paduka Jambul.

"Ya, sulit sekali. Orang akan bicara apa nanti. Paduka yang mulia, singgah di rumah wanita yang tinggal sendiri. Apa kata dunia?", sambung paduka. "Ah, paduka bisa beralasan apa saja. Boleh saja di rumah saya dibilang ada harta kekayaan raja yang mau diperiksa. Atau ada peninggalan terpendam. Itu kan bisa jadi alasan", terang Arimbi.
"Ya, itu menurut kamu. Tapi asyik juga ya. Okelah. Nanti malam pas acara TV Mata-Mata, aku datang ke rumah ya", kata Paduka.

Tepat pukul 22.00 waktu setempat, Paduka ke toilet. Dewi Kepingkal-pingkal membuntuti. Tidak biasanya Paduka berani sendirian ke toilet. Padahal rintik gerimis semakin menguatkan nuansa angker di belakang.

Paduka paling takut dengan keheningan, gelap, sunyi, dan bunyi binatang malam. Tak disangka mendadak listrik padam. Paduka terperanjat dan berteriak. "Tolooong!!!", suara khas Paduka membahana. Tak dinyana, HP paduka terlempar. Permaisuri yang terkenal tangkas dengan sigap salto dan menangkap HP itu.

Mirip adegan film Jeki Cen. Pas banget, bunyi SMS tepat di depan mata Permaisuri. Sayang, Paduka seribu sayang. Permaisuri keburu membuka SMS. Paduka bingung. Bunyi SMS itu tak lain dari Arimbi Sri Menari-Nari. Mata Permaisuri membelalak. Memelototi isi SMS manja, ganjen, plus genit. Wal hashol, Paduka dihabisi. Sekian.

0 comments: